Hidupmu Drama Banget!
1:50 PM
Aku tuh bikin sesi Small Talks buat selip selipan curhat sih sebenernya. Tapi aku perhatikan ternyata aku ngebahas hal-hal yang nggak jauh dari kosmetik juga ya? Hari ini aku pengen melenceng jauh dari soal beauty. Beneran pure pengen curhat dah.
Ini bakal panjang banget, jadi mohon dibaca sambil shantay~
Mungkin kalau kamu kenal aku di dunia nyata tapi nggak begitu akrab sama aku (cuma kenal aja atau cuma sekelas aja) kamu pasti nganggap aku pendiam. Kalau kamu kenal aku di dunia nyata dan akrab sama aku, kamu bilang aku agak sarap. Kalau kamu kenal aku di dunia maya, kamu mungkin menganggap aku sarkas atau apa deh sebutin di kolom komentar :))
Semuanya itu aku. Nggak ada sisi aku yang A atau B. Semuanya aku, aku nggak dengan sengaja berperilaku berbeda. Kayaknya itu hal yang wajar kalau kita berperilaku berbeda tergantung taraf kenyamanan.
Taraf kenyamanan tertinggi buatku itu blog ini dan pacarku. Aku bisa bener-bener all out lah kalo udah nulis di blog dan ngobrol sama pacarku. Mungkin di blog aku masih nge filter dikitlah karena dibaca khalayak ramai, sedangkan kalau cerita sama pacar sama sekali nggak ada filter. 100% honest
Aku pernah mencoba cerita yang jujur soal aku ke salah satu temanku. Dan reaksi dia adalah: "Ah masa sih? Hidupmu drama banget!"
And I was like.... oooookay.......... Sampai sekarang pun dia masih bilang aku drama queen, cewek paling drama, dst.
Well, mungkin buat sebagian orang (atau banyak?) aku ini drama banget. Aku nggak menyalahkan dia juga, karena memang ketakutanku itu banyak banget dan aku bener-bener stress akan hal ini. Kalau aku bilang aku lagi stress, aku beneran stress yang aku butuh istirahat dari kehidupanku, menenangkan diri, sampai aku bisa melakukan aktivitas seperti biasa lagi.
source: write-out-loud.com
I have a huge fear of public speaking
Kalau kamu ada yang follow aku di snapchat, aku pernah bilang kalau aku takut banget sama public speaking dan aku stress luar biasa. Inilah kenapa aku susah bersosialisasi, aku susah ngomong dalam forum. Aku takut setiap perhatian orang-orang tertuju ke aku.
Aku lebih prefer ngobrol 1 on 1 atau ngobrol bertiga atau berempat. Bahkan sama teman-teman akrabku pun, aku kadang masih shaking kalau ngobrol ramean. Padahal kita udah 12 tahun temenan.
Kalau aku boleh jujur, setiap habis blogger gathering dan pesertanya banyak banget, pulangnya aku stress. Aku bener-bener berusaha buat ngobrol sama semuanya (dan semuanya baik banget ya ampun I love you all!). Sejujurnya aku takut setengah mati, aku deg degan parah. Aku takut di cuekin, tapi aku juga takut pas semua pada dengerin aku ngomong. Serba salah nggak sih?
Tapi aku berusaha banget buat mengendalikan diri dengan kesana kemari, atau ngapain lah yang bisa mengalihkan ketakutanku. That's why aku random.
Waktu sidang tugas akhir, aku parah banget shaking & blanknya. Untungnya aku punya dosen pembimbing yang baik banget dan ngebantu aku banget buat berusaha ngomong meskipun jadinya diulang-ulang dan bikin kesel dosen penguji :'
Sampai perkara chatting pun, aku lebih prefer personal chat daripada group chat apalagi yang membernya ratusan dan sahut-sahutan. Asli dah aku nggak akan pernah muncul disana, cuma nyimak doang. Tapi untuk grup chat yang isinya nggak terlalu banyak, aku masih bisa (berusaha) berinteraksi.
source: seputarhargaterkini.com
I have a huge fear of waterboom
Terutama seluncurannya.
Kalau ini sangat beralasan. Aku trauma sama seluncuran waterboom. Waktu kelas 3 SMP, aku pernah jadi korban sexual harassment pas aku lagi naik seluncuran di waterboom sama sepupu sepupuku.
Kita seluncuran ramean, tapi aku yang paling belakang. Nah tiba-tiba ada mas-mas yang ikut di belakang dan nempelin aku. Dia bekep mulutku, dan dia remas-remas dadaku sampai kita turun di bawah,setelah itu dia hilang. Nggak hilang sih, dia langsung nyelam ke kolam dan renang entah kemana.
Aku shock parah sampe cuma bisa nangis. Aku nggak tau mukanya gimana karena dia dari belakang dan aku di bekep kan, jadi nggak bisa noleh. Pas sampai bawah aku langsung lemes mau pingsan dan aku nggak bisa ngomong sampai sepupu-sepupuku udah give up nanya aku kenapa. Sampai sekarang aku nggak tau orang itu siapa. Kalau aku tau, ya udah kelar idup lo.
Makanya aku bener-bener takut sama waterboom. Aku pernah berusaha naik setelah berdebat panjang sama pacarku yang bilang aku nggak asik karena nggak mau naik waterboom (aku belum ngasih tau alasannya), hasilnya adalah... aku histeris gemeteran sampe lemes.
Aku selalu memikirkan sesuatu secara berlebihan
Aku nggak bisa nyantai. Aku selalu memikirkan kemungkinan terburuk dulu sebelum memikirkan kebaikan. Dan aku bakal stuck di keburukan itu. Aku stress habis-habisan padahal belum tentu hal tersebut berjalan seperti yang aku pikirkan.
Misal, aku mau bimbingan sedangkan progressku masih sedikit karena orang rumah lagi butuh bantuan jadi aku nggak sempat mengerjakan atau lagi nggak ada ide. Aku bakal memikirkan dosenku bakal marah bakal gini gitu. Yang berakibat aku stress, sakit, dan nggak jadi bimbingan. Begitu aku udah mulai tenang dan aku bimbingan, dosenku biasa aja. Aku nggak dimarahi atau diapakan yang kayak aku pikirkan.
Tapi itu terus berulang. Selalu begitu. Nggak cuma soal bimbingan. But pretty much about everything. Bahkan untuk sesuatu yang seharusnya nggak perlu dipikirkan.
Aku takut gagal
Orang bilang, jangan takut gagal. Dalam hatiku juga bilang gitu. Tapi pada kenyataannya, aku takut banget gagal. Bukan berarti aku takut gagal itu aku nggak pernah gagal. Aku sering juga gagal. Waktu gagal itu, aku langsung down parah.
Aku nggak menyalahkan orang lain, tapi aku menyalahkan diriku yang nggak kompeten dan lain sebagainya sampai aku bener-bener merasa buruk banget jadi manusia, merasa nggak berharga. Aku pernah sampai di taraf mau bunuh diri. Tapi untungnya seiring berjalannya waktu, usia bertambah, semakin tau soal tanggung jawab dan bunuh diri itu selain dosa juga tindakan yang tidak bertanggung jawab.
Waktu aku nggak lulus sidang semester lalu, aku depresi parah udah isinya hidupku cuma tangisan, muntah, pusing, keringat dingin dan rasanya berantakan semua. Apalagi ada konflik keluarga aku jadi semakin down.
Aku selalu berjalan sesuai dengan rencana. Jadi aku beneran udah nyiapin sesuatu itu udah kayak rundown acara deh. Habis A, aku harus B. Jam 10 aku ketemu siapa, jam 12 aku kemana, nanti pulang jam berapa, kayak gitu lah. Nah kalau mbleset 1, aku bakal panik.
Itulah kenapa aku selalu merencanakan sesuatu seeeecara super hati-hati dengan backup plan B C D sampai Z. Aku benci kalau planku buyar. Aku takut gagal. Aku mungkin bakal bilang "oh nggak apa apa kok..." tapi sejujurnya aku ngempet pengen jerit-jerit.
And many more fears with no reason...
Aku takut ayam, nggak tau kenapa. Serem aja aku sampe histeris. Aku takut kembang api, mercon, dan kawan kawannya, nggak tau kenapa. Aku bisa gemetaran dan keringat dingin kalau dengar suara petasan dan antek anteknya.
Aku takut kalau aku datang ke suatu acara dan aku nggak kenal orang-orangnya, kadang aku memilih buat nggak datang kalau taraf ketakutanku udah mulai mengganggu. Aku pusing, keringat dingin dan pengen kabur kalau ada di ruangan yang penuh orang yang nggak aku kenal, atau di tempat yang super ramai dan berjubel contohnya bazaar.
Aku nggak suka yang namanya surprise. Itu bikin aku awkward dan stress. Aku sejujurnya nggak suka kalau ada surprise ulang tahun buatku. Dan aku bersyukur selama beberapa tahun belakangan ini teman-temanku sibuk dan lupa ulang tahunku jadi aku nggak perlu awkward pas mereka datang kasih surprise dan aku jadi stress setelahnya. Itulah kenapa pacarku juga nggak pernah ngasih surprise, dia selalu tanya ke aku, aku maunya apa, aku ada rencana apa. Memang dia jadi terlihat nggak romantis, tapi itu yang aku butuhkan.
Aku nggak suka antri karena aku pengen gebukin orang yang nyerobot antrian dan menahan diri untuk tidak ngomong jahat tapi aku juga nggak bisa ngomong sama orang baru itu bikin aku gelagapan dan degup jantungku nggak karuan makanya aku memilih untuk nggak beli aja daripada antri.
Itulah kenapa aku super mager alias malas gerak karena banyak hal yang aku takutkan dan aku pikirkan itu bikin aku stress.
=======
Aku sering ke UGD karena merasa sesak nafas, mual, pusing, tapi kata dokternya aku nggak apa-apa. Aku tau semua itu ada di pikiranku aja. Dan aku tau ada sesuatu yang salah sama aku. Akhirnya aku memutuskan buat ke psikolog.
And yes, aku mengidap anxiety disorders.
Percayalah temanku, aku nggak mendramatisir. Tapi ya udah sih kalau aku di anggap drama. Buat beberapa orang hal semacam ini cuma cari perhatian. I am not. Memang ini yang aku rasakan. Aku takut. Yang berkali kali lipat dari ketakutanmu.
Untungnya, aku nggak terlalu parah. Aku masih bisa mengatasi ketakutanku. Dan setiap aku melakukan sesuatu yang aku takutkan, aku ngasih reward ke diriku sendiri. Misal aku berhasil kenalan sama temen baru di suatu acara, pulangnya meskipun aku agak stress aku bakal treat diriku sendiri sesuatu yang aku suka misalnya beli ShareTea.
Mungkin juga ada yang bilang "ah masa sih Dyt? Nggak kelihatan."
Well, baguslah kalau nggak terlihat. Karena itu yang aku inginkan. Ya kali kamu mau liat aku tantrum di depanmu? Yakin masih mau temenan habis itu? :))
Atau, "Kamu ngobrol bisa biasa aja kok. Asik aja kok."
Ya... Aku berusaha keras. Sangat sangat berusaha. Karena aku tau, kalau aku stay di comfort zone ku, aku bakal lebih parah nantinya. Jadi aku harus berusaha untuk melawan ketakutanku dan jujur aja itu nggak mudah.
"Jadi kamu gila?"
Nggak gila sih... Gila itu hilang akal. Udah putus dollll semuanya. Otakku masih bekerja dengan baik selaras dengan hati. Aku juga pakai helm kok kalau naik sepeda motor, aku sadar otakku berharga dan harus dilindungi.
Seriusan ya, aku nggak paham kalau ada orang yang punya mental health problem itu langsung disebut gila. Contohnya orang ngatain Marshanda gila karena dia punya masalah bipolar disorder. Marshanda itu nggak gila loh, kamu yang gila sukanya nyepam di akun orang yang nggak kamu kenal secara personal dan ngatain gila. Yang nggak waras ya kamu.
Temen kadang ngebercandain yang aku rasakan, dan menganggap yang aku rasakan itu bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Ya udah sih, nggap apa-apa... Tapi aku tetap harus cari bantuan orang lain, contohnya ke dokter (ya iyalah) I need more therapy. Juga bantuan pacarku, dia bisa ngerti dan selalu ngebantu aku buat tenang, mengingat hal-hal baik yang aku lakukan kalau aku lagi feeling awful.
Ya udah sih gitu aja curhatan panjangku. Maafkan ini malah jadi kayak cerpen. Karena dimana lagi aku bisa jujur terhadap sesuatu selain di blog ini? Semoga kalian nggak kabur terus berenti baca blogku :))
22 comments