Aku dan Kesehatan Mentalku
3:23 AMHalo, teman-teman. Terima kasih ya kalian masih menyimak blogku yang aku isi dengan angin-anginan. Tapi sepertinya, aku sudah menemukan jawaban kenapa aku bersikap seperti ini.
Tahun ini usiaku 31th. Dan di usia ini juga aku baru berani memeriksakan diri lagi dan mendapat diagnosa kalau aku bipolar dominan depresi. Kaget? Jelas. Tapi lega juga setelah dapat diagnosa, seperti menjawab semuanya. Hal-hal yang aku rasakan selama hidup. Ternyata selama ini aku tidak drama, tapi aku bipolar.
Dulu waktu masih SMA, aku sempat ke psikiater. Kalo nggak salah, aku didiagnosa gangguan cemas. Aku sempat minum obat juga, tapi aku berhenti tanpa saran dokter. Karena waktu itu aku anggap kalau hal yang aku rasakan itu cuma gejolak remaja alay aja, jadi aku merasa aku bisa melalui semuanya tanpa bantuan obat. Dan stigmaku soal obat itu sangat negatif, aku merasa bener-bener nggak waras, dan menjadikan obat itu saranaku "caper".
Belasan tahun berlalu, ternyata aku tidak membaik. Dari luar aku terlihat baik-baik saja, karena aku selalu berusaha mengabaikan semua perasaan negatif yang akhirnya aku jadi tidak peka. Kenapa tidak peka? karena aku selalu menganggap hal itu cuma ada di kepalaku aja, tidak terjadi di dunia nyata. Aku berusaha serealistis mungkin padahal aku tenggelam semakin dalam.
Aku sudah lama pengen m*ti. Tidak ada hari tanpa aku berpikir buat mengakhiri hidup. Gelap. Setiap hari aku mencari alasan buat hidup. Makanya aku menikah, punya anak, dan tetap bekerja. Aku mencari rasa dibutuhkan orang lain, goals yang harus dicapai, supaya aku tetap merasa hidup.
Aku tidak selamanya gelap, sering juga aku merasa semangat, bersyukur, banyak ide, bahagia. Tapi pikiran buat menyakiti diri sendiri juga tetap ada. Aku gampang tertarik dengan sesuatu, mendalami sesuatu, terus aku langsung kehilangan minat begitu saja & mencari kesenangan baru.
Contohnya blog ini. Aku memulai blog ini dengan menggebu-gebu, sampai aku ikut komunitas, dan bisa (sedikit) menghasilkan dari blog ini. Lalu aku kehilangan minat, berganti dengan aku tertarik dengan YouTube dan sibuk membangun channel YouTubeku. Di YouTube aku berhasil punya belasan ribu subscribers, lalu aku kehilangan minat. Berganti dengan hal lain: instagram, tiktok,
Lama kelamaan, hal ini semakin mengganggu. Aku mudah kehilangan minat, aku sering tidak termotivasi, aku menunda-nunda sesuatu karena paranoid. Timelineku berantakan. Terlalu banyak hal yang terbengkalai, dan rumahku menumpuk barang-barang hobi yang sudah tidak aku inginkan.
Hubunganku dengan suami juga terganggu. Karena hal-hal kecil aja bisa bikin aku marah meledak-ledak, terus udahannya aku kayak nggak ada apa-apa gitu. Bahkan aku merasa hal yang wajar aku emosi sedahsyat itu. Aku selalu merasa suamiku jahat, dan aku korbannya.
Untungnya, aku dan suamiku adalah tipe pasangan yang segala diomongin. Meskipun udahannya berantem, tapi kami berprinsip segala hal harus dibicarakan daripada dipendam. Karena kami harus tau apa yang dialami dan dirasakan satu sama lain. In the end of the day, kami cuma punya satu sama lain kan?
Akupun selalu membicarakan yang aku rasain, dan muncul konklusi kalau nggak bisa nih kalau dibiarkan. Karena lama kelamaan kami saling menyakiti satu sama lain. Hubungan kami kedepannya akan semakin tidak baik, dan kami tidak mau kalau anak-anak menjadi korban ketidak warasan orang tuanya. Kami berduapun memutuskan untuk konsul ke psikiater.
Kalau ditanya gimana rasanya konsul ke psikiater, aku sih merasa ya seperti kamu konsultasi ke dokter umum aja. Di dokter umum kamu provide semua informasi mengenai penyakitmu, apa yang kamu rasakan, sejak kapan, sakitnya muncul tiap berapa lama, lalu dokter diagnosa & diberi obat. Ke psikiater juga sama. Aku beri semua informasi soal apa yang aku rasakan, mengalami sejak kapan, siklusnya bagaimana, dll. Aku lumayan lama sih chat dengan dokternya (aku konsultasi online), dan muncul diagnosa aku bipolar dominan depresi dan diberi obat.
Bipolar - setauku dari genetik. Jadi emang dari lahir cetakan syaraf di otaknya udah agak lain. Ini sih kenyataan yang harus aku terima. Aku terlahir seperti ini.
Hari pertama minum obat, aku meltdown. Aku terharu banget, for the first time in forever kepalaku nggak berisik. Pertamakalinya aku jalan ke kantor tanpa bengong dulu di tengah-tengah JPO. Pertamakalinya aku merasa setenang ini. Ternyata begini toh seharusnya manusia normal itu.
Sampai sekarang, aku masih di fase manic. Jujur aja aku takut banget balik ke fase depresi karena saat ini aku merasa sangat tenang & bahagia. Tapi kata dokterku sih selama obatnya diminum tepat waktu ya kecil kemungkinan balik ke fase depresi. Apakah aku selamanya akan minum obat? Mungkin. Karena aku butuh bantuan obat ini supaya kualitas hidupku lebih baik seperti orang normal pada umumnya.
Semoga ini menjawab kenapa aku ilang-ilangan dan sering random. Dan semoga kita semua diberi kesehatan fisik & mental untuk menjalani hidup.
0 comments